“Ketika pendidikan inklusif sepenuhnya dianut, kami meninggalkan gagasan bahwa anak-anak harus menjadi 'normal' untuk berkontribusi pada dunia.”
-Norman Kunc-
Profil Unit
Sekolah Islam Bunga Bangsa yang merupakan lembaga pendidikan formal penyedia pelayanan pendidikan inklusif yang berdiri sejak 01 Juli 2013 berdasarkan Surat Keputusan Dinas Pendidikan Kota Samarinda nomor : 421/2086/DP.I/IV/2013. Menurut UNESCO, pendidikan inklusif dipandang sebagai "suatu proses mengatasi dan menanggapi keragaman kebutuhan semua peserta didik melalui peningkatan partisipasi dalam pembelajaran, budaya dan masyarakat, dan mengurangi pengucilan dari pendidikan dan dari dalam pendidikan.” Tujuannya adalah bahwa seluruh sistem pendidikan akan memfasilitasi lingkungan belajar di mana para guru dan peserta didik menerima dan menyambut tantangan dan manfaat keberagaman. Dalam pendekatan pendidikan inklusif, lingkungan belajar dipupuk di mana kebutuhan individu terpenuhi dan setiap siswa memiliki kesempatan untuk berhasil.
Sebuah institusi pendidikan inklusif artinya sekolah tersebut telah mampu mengakomodasi setiap anak tanpa kecuali, baik secara fisik, intelektual, emosional, sosial, bahasa, budaya, etnis, minoritas dan berbagai hal lainnya. Pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik agar nantinya anak-anak berkebutuhan khusus tersebut bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat dan tidak dikucilkan oleh masyarakat. Karenanya, selain menyediakan pelayanan pendidikan secara akademik maupun non-akademik, unit inklusi Bunga Bangsa memiliki program pembelajaran lifeskill.
Tujuan Pendidikan Inklusif
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1).Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.
Selama ini anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak–anak difabel dengan anak–anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan kelompok difabel dalam menyuarakan hak–haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan Internasional yang mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusi adalah Convention on the Rights of Person with Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Dalam pasal 24 dalam konvensi ini disebutkan bahwa setiap negara berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah untuk mendorong terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam prakteknya sistem pendidikan inklusi di Indonesia masih menyisakan persoalan tarik ulur antara pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para guru.
Program Lifeskill
Pengembangkan program kecakapan hidup (lifeskill) bagi siswa bertujuan untuk mempersiapkan anak secara akademik, sosial dan emosi di dalam menghadapi kesulitan dan permasalahan kehidupan masa sekarang dan menpersiapkan diri dalam menghadapi kesulitan dan permasalahan kehidupan masa yang akan datang. Bagi siswa berkebutuhan khusus bertujuan meningkatkan kualitas individu yang pada saatnya nanti akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam meningkatkan taraf kehidupan individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, kesehatan jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan, kompetitif dan kesejahteraan pribadi.
Kacakapan hidup (lifeskill) sangat penting sibutuhkan oleh seseorang dalam hidup sebagai pengetahuan dan kemampuan agar mampu mandiri dalam kehidupannya terlebih untuk anak berkebutuhan khusus. Pemberian aktivitas lifeskill untuk anak berkebutuhan khusus dapat diberikan sejak dini sesuai dengan usia anak. Tujuan utamanya supaya mereka kelak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar /pokok yang berkaitan dengan daily activity learning, merawat diri (self help), membangun citra diri (self image), menambah pengetahuan diri (self knowledge) dan diharapkan mampu menolong orang lain (social skill). Program kegiatan yang dilakukan disesuai dengan kebutuhan anak.
Tujuan pelaksanaan program lifeskill di Unit Inklusi Bunga Bangsa yaitu :
Memberikan bekal keterampilan sebagai modal bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat hidup mandiri.
Mengaktualisasikan potensi anak sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dan perannya di masa mendatang
Meningkatkan sikap dan perilaku sehingga peserta didik di inklusi Bunga Bangsa dapat mandiri terutama dalam menjalani kehidupan setelah menyelesaikan pendidikannya.
Adapun aktivitas lifeskill di Unit Inklusi Bunga bangsa yaitu :
Self-help
Aktivitas self help yang biasa diajarkan pada usia dini (KB/TK) meliputi toilet training, aktivitas makan-minum, mencuci tangan dan kegiatan menjaga kebersihan diri. Sedangkan untuk usia dasar-menengah (SD-SMA) meliputi menyapu, mencuci, menyapu dan kegiatan pemenuhan kebutuhan mandiri
Daily Activity Learning
Aktivitas lifeskill keseharian di sekolah yang biasa diberikan untuk anak berkebutuhan khusus diantaranya menyapa, memberi salam, merapikan barang kepemilikan dan kegiatan rutin lainnya
Kemampuan kewirausahaan
Aktivitas lifeskill ini mulai bisa diperkenalkan pada anak usia SD 4-6, SMP hingga SMA. Kemampuan kewirausahaan sangat penting karena sebagai bekal anak untuk mandiri dan berkarya dalam kehidupannya.aktivitas. Aktivitas ini meliputi kegiatan transaksi jual-beli atau bussines day.